Thursday, September 3, 2009

Islam, Syamil wa Kamil

Islam adalah agama yang syamil dan kamil. Syamil berarti menyeluruh sedangkan kamil berarti sempurna. Ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan dan mendidik seluruh sendi-sendi kehidupan manusia. Barangsiapa yang menilai bahwa Islam itu hanyalah ajaran yang bergerak di balik tembok-tembok masjid dan majelis taklim serta bukan ajaran yang mengatur permasalahan ekonomi ummat, perpolitikan, dan undang-undang negara, maka ia telah salah besar. Aturan Islam mengikat sehari-hari dan tidak terbatas oleh ruang dimanapun serta tidak pula disekat dengan waktu kapanpun. Peraturan yang mengikat itu bukanlah penjara yang mengekang hingga mematikan fitrah manusia. Namun, ia adalah lampu penerang yang menyinari perjalanan sang makhluk menuju kebahagiaan.

Kamil, sifat yang melekat kuat dalam agama Islam. Definisi tersebut berarti menandakan bahwa Islam ialah agama yang sempurna. Kesempurnaannya jauh dari noda-noda hitam yang kotor dan terhindar dari analogi-analogi manusia yang bodoh atau terkecoh. Dia berfirman: "Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu. (al-Maaidah: 3).

Allah menjelaskan kepada kita bahwa agama-Nya telah Ia sempurnakan. Rasulullah Sw telah menyampaikan risalah Allah ini dengan sepenuhnya tanpa ada yang disembunyikan. Sempurna itu tidak lain berarti jauh dari kekurangan dan kelebihan. Arti lainnya, ajaran Islam tidak bisa dikurang-kurang atau diminimalisir dengan alasan apapun. Begitupun sebaliknya, ajaran Islam tidak bisa ditambah-tambah dengan ajaran baru manapun.

Mengurang-ngurangi ajaran Islam berarti menganggap bahwa Islam tidak sempurna lagi dan secara tidak langsung ia telah menganggap bahwa Allah hanya menyempurnakan agama-Nya di saat Nabi hidup, serta menganggap bahwa Rasulullah Sw berlebih-lebihan dalam menyampaikan risalahnya, sehingga ajaran Islam harus dikurangi. Begitupun dengan menambah-nambah ajaran Islam dengan syariat-syariat baru berarti ia menganggap bahwa Islam belum sempurna dan secara tidak langsung pula ia telah menganggap bahwa Allah belum menyempurnakan agama-Nya serta menganggap bahwa Rasulullah Sw menyembunyikan risalahnya, sehingga harus ada yang ditambah.

Untuk itulah, kita meyakini bahwa tidak ada jalan menuju kemuliaan dan kebahagiaan selain Islam. Baik kemuliaan dan kebahagiaan dalam beribadah, bermuamalah, dan bersiyasah. Dan, kita pun wajib untuk menjaga kemurnian agama Islam. Menjaga agar praktik-praktik ibadah itu senantiasa bersandar pada pemahaman Rasulullah dan para sahabatnya, yaitu manhaj (metodologi) Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Wallahu'alam...

No comments:

Post a Comment