Friday, August 21, 2009

Kitab Darmogandul dan Gatoloco

Raga jawa isi kawruh Arbi
Fisiknya terlihat Jawa (namun berisi) pengetahuan Arab.

Sayekti umor
(Sesungguhnya) hal itu adalah umor (rasa tidak enak di mulut yang menye-babkan selalu ingin meludah).

Sabab sanes wadah lan isine
Sebab (hal ini seperti) wadah yang ber-beda dengan isinya.

Margi sanes kawruh saking luri
Karena ini berarti pengetahuan yang bukan berasal dari leluhur

Katah salah ngerti
(Maka) Banyak salah pengertian
Nedi nginumipun
(seperti pada permasalahan) makan dan minumnya

... Kitab Arab djaman waktu niki
Kitab Arab jaman sekarang ini

Sampun mboten kanggo
sudah tidak terpakai lagi

Resah sija adil lan kukume
Hukum di dalamnya meresahkan dan tidak adil

Kitab Darmogandul
Banyak versi yang menjelaskan tentang kitab Darmogandul, terutama tentang jati diri orang yang menulis kitab tersebut dan kapan kitab tersebut ditulis. Ada sebagian kalangan yang menyatakan bahwa kitab tersebut ditulis oleh Ki Kalamwadi yang mempunyai guru bernama Raden Budi Sukardi. Ki Kalamwadi ini mempunyai murid yang bernama Darmo Gandhul. Nama dari muridnya inilah yang kemudian menjadi nama kitabnya. Dalam versi itu juga disebutkan bahwa kitab ini ditulis pada tahun 1478 M, yakni ketika kerajaan Majapahit masih berdiri.

Namun versi lain mengatakan bahwa kitab tersebut ditulis oleh Darmogandul sendiri. Ada juga yang percaya bahwa kitab tersebut adalah hasil tulisan pujangga Jawa terkenal Ronggowarsito. Tapi yang pasti, kitab tersebut memang benar-benar ada. Isinya sangat disakralkan oleh sebagian orang, terutama oleh para penganut kepercayaan. Lebih lanjut, para penganut kepercayaan ini me-namakan diri sebagai penganut ajaran Darmogandul. Pada umumnya, kitab Darmogandul ini banyak menceritakan tentang fenomena keagamaan saat itu, yakni saat Majapahit memimpin nusantara. Tentu saja, agama-agama yang disinggung saat itu adalah Budha, Hindu, dan Islam.

Sebagai contohnya, ada beberapa bagian dari kitab Darmogandul yang menceritakan tentang proses Islamnya Prabu Brawijaya, raja terakhir Kerajaan Majalengka, yang kemudian disebut dengan nama Kerajaan Majapahit. Diceritakan dalam kitab tersebut bahwa Prabu Brawijaya masuk Islam setelah kerajaan Majalengka yang dipimpinnya hancur diserang pasukan Raden Patah atau Babah Patah, yang tidak lain adalah anak dari Prabu Brawijaya sendiri. Raden Patah ini sudah memeluk agama Islam karena ibunya atau suami dari Prabu Brawijaya, yakni Putri Campa, pun sudah masuk Islam.
Dalam kitab tersebut diceritakan bahwa Prabu Brawijaya sudah lama tertarik dengan agama Islam setelah me-nikah dengan Putri Campa. Namun karena merasa sebagai seorang pemimpin dari kerajaan Hindu dan Budha, ia belum bisa menerima Islam sebagai jalan hidupnya.

Dari pernikahannya ini, ia dikarunia anak yang bernama Babah Patah atau Raden Patah. Di usianya yang sudah dewasa, Raden Patah diberi wewenang oleh ayahnya untuk memimpin Demak, namun masih dalam pengawasan kerajaan Majapahit. Tidak hanya itu, Prabu Brawijaya juga mengizinkan para ulama Arab, yang kemudian disebut para sunan, untuk menyebarkan Islam di kawasan Demak. Setelah beberapa tahun lamanya, banyak orang-orang Jawa yang berpindah agama dari Hindu atau Budha kepada ajaran Islam.

Konflik kemudian muncul setelah Demak berniat menyerang Majapahit. Para sunan berkumpul dengan para bupati Demak yang sudah masuk Islam, untuk menguasai Majapahit. Raden Patah menyetujui usulan ini. Mendengar desas-desus ini, Prabu Brawijaya merasa heran dan tidak habis pikir mengapa anaknya dan para ulama Demak hendak menyerang Majapahit. Padahal, pikirnya, mereka telah mendapat jatah kekuasaan di Demak dari Majapahit. Tapi mengapa setelah besar kekuatannya, Demak malah menyerang Majapahit.

Karena kondisi saat itu sangat kacau, Majapahit akhirnya jatuh ke tangan Demak. Sejak saat itu pula, pusat peradaban Jawa beralih ke Demak dan agama Islam semakin diminati.
Namun Prabu Brawijaya tidak bisa menerima kekalahan begitu saja. Kemudian ia meminta bantuan bala tentara dari Bali untuk menyerang kembali Raden Patah, namun hal ini berhasil dihentikan oleh Sunan Kalijaga dan konon, Prabu Brawijaya menyerahkan diri dan bersedia menjadi seorang muslim.

Darmogandul melecehkan ajaran Islam
Ada beberapa cerita dari Darmogandul yang jelas-jelas merendahkan ajaran Islam dan kaum muslimin. Memang bisa dimengerti karena bagaimanapun juga Darmogandul adalah kitab yang menjelaskan keagungan Majapahit dan agama yang dianutnya, yaitu Hindu dan Budha.

Dalam kitab Darmogandul, penilaian terhadap ajaran Islam adalah penilaian yang subjektif, yakni dari sudut pandang orang-orang yang menolak penyebaran Islam di tanah Jawa. Seperti kisah Sabdopalon, seorang abdi Prabu Brawijaya, ia menolak ajakan majikannya untuk masuk agama Islam. Sebagai bentuk kekecewaanya, Sabdopalon banyak mencela dan merendahkan ajaran-ajaran Islam. Dan celaan-celaan itu tertuang dalam kitab Darmogandul.

Berikut ini adalah beberapa bentuk pelecehan terhadap agama Islam yang tertulis secara lengkap di dalam kitab Darmogandul:
• “Akan tetapi umat Islam, jika diperlakukan dengan baik, mereka membalas jahat. Ini adalah sesuai dengan dzikir mereka. Mereka menyebut nama Allah, memang Ala (bahasa Jawa yang artinya jahat) adalah hatinya orang Islam. Mereka halus dalam lahirnya saja, pada hakekatnya mereka itu terasa pahit dan asin.”

• “Adapun orang yang menyebut nama Muhammad, Rasulullah, Nabi terakhir, ia sesungguhnya melakukan dzikir salah, Muhammad artinya makam atau kubur. Ra-su-lu-lah, artinya rasa yang salah (red. bahasa jawa, rasa sing ala). Oleh karena itu, ia adalah orang gila, pagi sore berteriak-teriak (red. teriakan adzan), dadanya ditekan dengan tangannya (red. ketika bersedekap dalam shalat), berbisik-bisik, kepala ditaruh di tanah berkali-kali (red. sujud).”

• “Semua makanan dicela, umpamanya: masakan cacing, dendeng kucing, pindang kera, opor monyet, masakan ular sawah, sate rase (seperti luwak), masakan anak anjing, panggang babi atau rusa, kodok dan tikus goreng.”

• “Makanan lintah yang belum dimasak, makanan usus anjing kebiri, kare kucing besar, bistik gembluk (babi hutan), semua itu dikatakan haram. Lebih-lebih jika mereka melihat anjing, mereka pura-pura dirinya terlalu bersih.”

• “Hal yang menyebabkan santri sangat benci kepada anjing, yakni tidak sudi memegang badannya atau mema-kan dagingnya, adalah karena ia suka bersetubuh dengan anjing di waktu malam. Baginya ini adalah halal walaupun dengan tidak pakai nikah. Inilah sebabnya mereka tidak mau makan dagingnya.”

Prof. Rasjidi, seorang sejarawan Indonesia yang sudah menerjemahakan kitab Darmogandul dari bahasa aslinya ke dalam bahasa Indonesia, mengungkapkan bahwa aliran Darmogandul ini adalah ajaran yang sesat serta melecehkan Islam dan kaum muslimin. Setidaknya, Darmogandul bisa dikatakan sebagai kitab bagi aliran kepercayaan yang sarat dengan nuansa kebencian dan bahkan pornografi.

Menurut Darmogandul, hakikat ajaran Islam adalah syahadat, yang dalam versinya ditafsirkan dengan kata Sarengat, yang berarti hubungan intim. Artinya, hubungan intim dalam ajaran Islam adalah suatu bentuk ibadah yang agung sekali.

Berikut ini beberapa rangkuman dari kutipan-kutipan lain yang tertulis dalam kitab Darmogandul:
• Orang Islam mementingkan formalitas belaka, salat dengan gerakan-gerakan tertentu, azan dengan suara keras, doa dengan mengangkat kedua tangan (menengadahkan kedua tangan) seperti orang edan (gila), berteriak-teriak lima kali dalam sehari semalam.

• Orang Islam yang mengharamkan makanan yang lezat itu adalah keblinger.

• Yang penting dalam Islam itu adalah syahadat, bukan shalat (sembahyang).

Berdasarkan keterangan tadi, nampak jelas bahwa tujuan utama kitab Darmogandul ditulis untuk menghina, mencela, merendahkan, dan merongrong ajaran Islam.

Kitab Gatoloco
Adapun “kitab suci” aliran kebatinan yang mirip dengan Darmogandul adalah Gatoloco. Kitab ini diperkirakan sudah ada pada abad ke 19 M. Gatoloco sendiri adalah nama tokoh utama dari kitab tersebut. Dia digambarkan memiliki wajah dan penampilan yang buruk. Orangnya kerdil, tidak memiliki mata, hidung, dan telinga.

Secara isi, baik Gatoloco dan Darmogandul adalah sama, yakni sebagai kitab yang menentang penerapan a-aran Islam pada masa itu. Berikut ini adalah beberapa ringkasan dari Prof. Dr. Rasjidi mengenai isi kitab tersebut:

• Semua barang halal asalkan diperoleh dengan cara baik, seperti babi, anjing, kucing, luwak, tikus, ular, kodok, bekicot, (keong racun), semuanya halal asal diperoleh dengan cara yang baik. Barang-barang seperti itu, lebih halal daripada barang-barang halal seperti kambing, sapi, atau kerbau yang dida-patkan dengan cara yang tidak baik.

• Rasulullah itu bukanlah orang yang ada di Arab sana, dia sudah mati, lebih-lebih Saudi Arabia sangatlah jauh, maka menyembah Rasulullah di Arab itu tidak ada gunanya, dan aku menyembah Rasul yang ada dalam dadaku.

• Aku (Gatoloco) ini Tuhan yang berada di alam wujud. Rasulullah adalah hatiku, agamaku adalah agama rasa.

• Pedoman hidupku adalah bahrul qalbi yaitu lautan hatiku yang luas lagi dalam.

• Aku selalu sembahyang, tidak pernah putus-putus, sembahyangku adalah nafsuku ini, nafsu yang dari ubun-ubun adalah sembahyangku terhadap tuhan. Nafsu yang dari mulut adalah sembahyangku untuk Muhammad.

• Ada nafas yang keluar dari hidung itu adalah tali kehidupanku, oleh karena itu nafasku berbunyi Allah-Allah.

• Qiblatku adalah diriku sendiri yang dinamakan Baitullah. Arti lafadz "baitun" adalah baito (perahu, kapal) yang ber-arti baitullah adalah perahu yang dibuat oleh Allah. Sedang Ka'bah hanyalah buatan Nabi Ibrahim. Maka lebih bagus kapal buatan Allah daripada kapal buatan Nabi Ibrahim, oleh karena itu, berkiblat dengan hati lebih baik daripada berkiblat kepada Ka’bah yang hanya buatan Nabi Ibrahim.

• Sebelum dunia ini ada, sebelum ada bintang dan matahari, yang ada hanyalah Nur Muhammad, yaitu yang berada di bintang Johar yang menjadi pusar (pusat) atau wudel (bhs Jawa) Nabi Muhammad .

• Dua kalimah syahadat artinya aku bersaksi bahwa hidupku dan cahaya Tuhan serta rasa Nabi Muhammad adalah karena persetubuhan bapak dan ibu, karena itu saya juga ingin melakukan persetubuhan itu.

Sebenarnya masih banyak kutipan-kutipan dari kedua kitab itu, baik Darmogandul maupun Gatoloco yang jelas-jelas melecehkan Islam dan banyak mengandung unsur pornografi. Kiranya, amat sangat tidak etis jika kami (redaksi) menulis contoh-contoh selanjutnya dari penghinaan Darmogandul ini.

Antara Darmogandul dan Gatoloco dengan Jaringan Islam Liberal
Darmogandul adalah sebuah kitab yang isi dan muatannya penuh konflik dan penyelewengan ajaran Islam. Isi dari kitab itu banyak yang menlecehkan nilai-nilai syariat dan memberi kesan bahwa ajaran kebatinan, seperti Budha dan Hindu, jauh lebih baik daripada Islam. Darmogandul jelas menolak syariat. Jangankan untuk mendiskusikan penegakan syariat, untuk membicarakannya pun sudah diliputi rasa benci. Begitulah, Darmogandul merupakan cermin kebencian para penganut ajaran nenek moyang pada zaman dahulu terhadap agama Islam.

Namun kebencian itu ternyata tidak padam. Benih-benih Darmogandul kini bersemi kembali. Kecaman-kecaman serta penghinaan-penghinaan terhadap ajaran Islam dan kaum muslimin, kembali ramai dimunculkan. Kini tidak lagi soal sengketa Demak dan Majapahit, atau permasalahan Prabu Brawijaya dengan anaknya, Babah Patah. Kini kebencian itu jauh lebih melebar. Hukum al-Qur’an diinjak-injak, Nabi Muhammad direndahkan dan dihinakan, Lafadz Allah dipermainkan, kesucian Masjid al-Aqsha dihancurkan, dan hu-kum-hukum Islam diremehkan.

Di Indonesia, kini telah muncul suatu jaringan internasional yang mengusung nilai-nilai pluralisme namun sarat dengan kebencian terhadap ajaran Islam. Organisasi ini adalah JIL atau Jaringan Islam Liberal. Tidak berbeda dengan para pendahulunya, JIL merupakan generasi baru bagi para pembenci Islam, sebagaimana Darmogandul dan orang-orang yang menjadi pengikutnya.
Kalau dicari bedanya, tentu ada beberapa perbedaan antara Darmogandul dan JIL.

Berikut ini adalah beberapa di antaranya:
• Darmogandul dan kitab-kitab lainnya seperti Gatoloco, menolak syari’at Islam itu untuk mempertahankan ajaran kebatinannya, sedangkan orang-orang Jaringan Islam Liberal menolak syari’at Islam itu untuk mempertahankan dan memasarkan Islam Liberal dan faham Pluralismenya.

• Darmogandul dan Gatoloco adalah seorang penganut ajaran kebatinan, sedangkan orang-orang Jaringan Islam Liberal adalah orang Islam yang bahkan pernah belajar agama di perguruan tinggi Internasional, kemudian mengajar pula di beberapa perguruan tinggi Is-am di Indonesia.

• Darmogandul sama sekali tidak paham bahasa Arab sedangkan JIL boleh dikatakan paham dalam berbahasa Arab.

• Darmogandul tidak pernah tahu tentang kajian fiqih dalam Islam secara detail dan sama sekali tidak pernah paham tentang kajian ilmu tafsir dalam memahami al-Qur’an. Sedangkan JIL bisa disebut pintar dalam mendalami kajian fiqih dan tafsir.

• Pelecehan yang dilakukan Darmogandul terhadap Islam layaknya celaan dari seorang yang bodoh terhadap sesuatu yang tidak ia pahami. Sedangkan penghinaan JIL terhadap ajaran Islam sama sekali menunjukkan bahwa dirinya munafik, dia paham Islam namun menikam Islam itu sendiri.

Tapi bagaimanapun juga, Darmogandul dan JIL itu ibarat dua mata uang logam yang sama, yakni sama-sama pembenci Islam dan kaum muslimin.

No comments:

Post a Comment